Sabtu, 15 Desember 2012

Sejarah Natal 25 Desember


SEJARAH NATAL 
Kata natal berasal dari bahasa Latin yang berarti lahir. Secara istilah Natal berarti upacara yang dilakukan oleh orang Kristen untuk memperingati hari kelahiran Isa Al Masih – yang mereka sebut Tuhan Yesus.
Peringatan Natal baru tercetus antara tahun 325 – 354 oleh Paus Liberius, yang ditetapkan tanggal 25 Desember, sekaligus menjadi momentum penyembahan Dewa Matahari, yang kadang juga diperingati pada tanggal 6 Januari, 18 Oktober, 28 April atau 18 Mei. Oleh Kaisar Konstantin, tanggal 25 Desember tersebut akhirnya disahkan sebagai kelahiran Yesus (Natal). 

KELAHIRAN YESUS MENURUT BIBEL 
Untuk menyibak tabir Natal pada tanggal 25 Desember yang diyakini sebagai Hari Kelahiran Yesus, marilah kita simak apa yang diberitakan oleh Bibel tentang kelahiran Yesus sebagaimana dalam Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11 (Markus dan Yohanes tidak menuliskan kisah kelahiran Yesus).

P. Baru: Lukas: 2
2:1. Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia.
2:2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria.
2:3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri.
2:4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, –karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud–
2:5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung.
2:6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin,
2:7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.
2:8. Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam.
Jadi, menurut Bibel, Yesus lahir pada masa kekuasaan Kaisar Agustus yang saat itu sedang melaksanakan sensus penduduk (tahun 7 M = 579 Romawi). Yusuf, tunangan Maria Ibu Yesus berasal dari Betlehem, maka mereka bertugas ke sana, dan lahirlah Yesus di Betlehem, anak sulung Maria. Maria membungkusnya dengan kain lampin dan membaringkannya dalam palungan (tempat makanan sapi, domba yang terbuat dari kayu). Peristiwa itu terjadi pada malam hari dimana gembala sedang menjaga kawanan ternak mereka di padang rumput.
P. Baru: Matius 2:1, 10, 11:
Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman Herodus, datanglah orang-orang Majus dari Timur ke Yerusalem. Ketika mereka melihat bintang itu, sangat bersuka citalah mereka.
Maka masuklah mereka ke dalam rumah itu dan melihat anak itu bersama Maria, ibunya.
Jadi menurut Matius, Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodus yang disebut Herodus Agung yang memerintahkan tahun 37 SM – 4 M (749 Romawi), ditandai dengan bintang-bintang yang terlihat oleh orang-orang Majusi dari Timur.

Cukup jelas pertentangan kedua Injil tersebut (Lukas 2:1-8 dan Matius 2:1, 10, 11) dalam menjelaskan kelahiran Yesus. Namun begitu keduanya menolak kelahiran Yesus tanggal 25 Desember. Penggambaran kelahiran yang ditandai dengan bintang-bintang di langit dan gembala yang sedang menjaga kawanan domba yang dilepas bebas di padang rumput beratapkan langit dengan bintang-bintangnya yang gemerlapan, menunjukkan kondisi musim panas sehingga gembala berdiam di padang rumput dengan domba-domba mereka pada malam hari untuk menghindari sengatan matahari. Sebab jelas 25 Desember adalah musim dingin. Sedang suhu udara di kawasan Palestina pada bulan Desember itu sangat rendah sehingga salju merupakan hal tidak mustahil.

Bagi yang memiliki wawasan luas, hati terbuka dan lapang dalam mencari kebenaran, kitab suciAl-Qur’an telah memberikan jawaban tentang kelahiran Yesus (Isa alaihissalam).

“Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (Maryam) bersandar pada pangkal pohon kurma, ia berkata: “Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tidak berarti, lagi dilupakan”. Maka Jibril menyerunya dari tempat yang rendah: “Janganlah kamu bersedih hati, sesungguhnya Tuhanmu telah menjadikan anak sungai dibawahmu (untuk minum). Dan goyanglah pangkal pohon kurma itu ke arahmu, niscaya pohon itu akan menggugurkan buah kurma yang masak kepadamu”. (Surat Maryam: 23-25).

Jadi menurut Al Qur’an, Yesus dilahirkan pada musim panas disaat pohon-pohon kurma berbuah dengan lebatnya. Untuk itu perlu kita cermati pendapat sarjana Kristen Dr. Arthus S. Peak, dalam Commentary on the Bible – seperti dikutip buku Bible dalam Timbangan oleh Soleh A. Nahdi (hal 23) : Yesus lahir dalam bulan Elul (bulan Yahudi), bersamaan dengan bulan: Agustus – September.

Sementara itu Uskup Barns dalam Rise of Christianity – seperti juga dikutip oleh Soleh A. Nahdi berpendapat sebagai berikut: There is, moreover, no authority for the belief than December 25 was the actual birthday of Jesus. If we can give any credence to the bith-story of Luke, with the shepherds keeping watch by night in the fields near Bethlehem, the birth of Jesus did not take place in winter, when the night temperature is so law in the hill country of judea that snow is not uncommon. After much argument our christmas day seems to have been accepted about A.D. 3000.
(Kepercayaan, bahwa 25 Desember adalah hari lahir Yesus yang pasti tidak ada buktinya. Kalau kita percaya cerita Lukas tentang hari lahir itu dimana gembala-gembala waktu malam menjaga di padang di dekat Behtlehem, maka hari lahir Yesus tentu tidak di musim dingin di saat suhu di negeri pengunungan Yudea amat rendah sekali sehingga salju merupakan hal yang tidak mustahil. Setelah terjadi banyak perbantahan tampaknya hari lahir tersebut diterima penetapannya kira-kira tahun 200 Masehi).

 
PADA TAHUN BERAPA YESUS LAHIR?
Umat Kristen beranggapan bahwa Yesus dilahirkan pada tahun I, karena penanggalan Masehi yang dirancang oleh Dionysius justru dibuat dan disesuaikan dengan tahun kelahiran Yesus. Namun Injil Lukas 2:1 (sudah dikutip sebelumnya) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan Kaisar Agustus, jadi antara tahun 27 Sebelum Masehi – 14 Sesudah Masehi.**Sedangkan Matius 2:1 (juga telah dikutip) menyatakan Yesus lahir dalam masa pemerintahan raja Herodes Agung: tahun 37 Sebelum Masehi – 4 sesudah Masehi.

Ternyata antara pemahaman yang beredar di kalangan umat Kristen tentang kelahiran Yesus dengan berita yang disampaikan oleh Injil, Lukas maupun Matius, tidaklah menunjukkan suatu kepastian, sehingga ilmuwan-ilmuwan mereka ada yang menyatakan Yesus lahir tahun 8 Sebelum Masehi, tahun 6 Sebelum Masehi, tahun 4 sesudah masehi. Antara lain kita kutip buku tulisan rev. Dr. Charles Franciss Petter, MA., B.D., S.T.M. yang berjudul The Lost Years of Jesus Revealed hal 119 sebagai berikut:
In the nineteehnt century, when it became evident and was finally admitted that Herod died in the year 4 B.C. and it was recalled that, according to story in Matthew’s Gospel (2:16), King Herod, in order to eliminate little Jesus as a possible “King of the Jews”, had ordered all infants of two years old and under to be killed, the birth-date of Jesus 0bviously had to be moved back to 4 B at least. Today, scholars prefer 5 to 6 B as the date best accomodating the indonsistent and even cont5radictory traditions, legens, and gospels, although some historians push the date back to 8 and 10 b.C. The problem of the correct dating of Jesus’ birth, life, and death has now been raised again (due to several statemensin these Essence Scrolls) along with the related question on the deity.
(Pada abad ke-19 setelah terbukti dan akhirnya diajui bahwa Herodes telah mati 4 tahun sebelum masehi dan setelah ditetapkan, bahwa menurut cerita Matius (2:16) raja Herodes memerintahkan pembunuhan kanak-kanak umur/dibawah umur dua tahun untuk membinasakan Yesus yang masih bayi yang katanya bakal jadi raja orang-orang Yahudi, maka jelaslah tanggal lahir Yesus harus digeser ke belakang, paling sedikit 4 tahun sebelum masehi. Masa kini para sarjana lebih condong menggeserkan tanggal lahirnya Yesus itu 5 sampai 6 tahun ke belakang tahun Masehi. Kesulitan menentukan tanggal kelahiran Yesus, kehidupannya dan kematiannya terpaksa ditimbulkan kembali karena adanya keterangan-keterangan yang banyak terdapat dalam gulungan-gulungan Essene (yang terdapat di gua Qamran) malah soal-soal yang berhubungan dengan ketuhanannya juga harus dibangkitkan kembali).
Jadi sampai hari inipun tidak ada kejelasan tahun berapa Yesus dilahirkan.

 
ASAL USUL PERAYAAN NATAL 25 DESEMBER 
Perintah untuk menyelenggarakan peringatan Natal tidak ada dalam Bibel dan Yesus tidak pernah memberikan contoh ataupun memerintahkan pada muridnya untuk menyelenggarakan peringatan kelahirannya.
Perayaan Natal baru masuk dalam ajaran Kristen Katolik pada abad ke 4 M. Dan peringatan inipun berasal dari upacara adat masyarakat penyembah berhala. Dimana kita ketahui bahwa abad ke-1 sampai abad ke-4 M dunia masih dikuasai oleh imperium romawi yang paganis politheisme.
Ketika Konstantin dan rakyat Romawi menjadi penganut agama Katholik, mereka tidak mampu meninggalkan adat/budaya pagannya, apalagi terhadap pesta rakyat untuk memperingati hari Sunday (sun = matahari; day = hari) yaitu kelahiran Dewa Matahari tanggal 25 Desember.
Maka supaya agama Katholik bisa diterima dalam kehidupan masyarakat Romawi diadakanlah sinkretisme (perpaduan agama-budaya/penyembahan berhala), dengan cara menyatukan perayaan kelahiran Sun of God (Dewa Matahari) dengan kelahiran Son of God (Anak Tuhan = Yesus).
Maka pada konsili tahun 325, Konstantin memutuskan dan menetapkan tanggal 25 Desember sebagai hari kelahiran Yesus. Juga diputuskan: Pertama, hari Minggu (Sunday = hari matahari) dijadikan pengganti hari Sabat yang menurut hitungan jatuh pada Sabtu. Kedua, lambang dewa matahari yaitu sinar yang bersilang dijadikan lambang Kristen. Ketiga, membuat patung-patung Yesus, untuk menggantikan patung Dewa Matahari.

Sesudah Kaisar Konstantin memeluk agama Katolik pada abad ke-4 Masehi, maka rakyat pun beramai-ramai ikut memeluk agama Katholik. Inilah prestasi gemilang hasil proses sinkretisme Kristen oleh Kaisar Konstantin dengan agama paganisme politheisme nenek moyang.

Demikian asal-usul Christmas atau Natal yang dilestarikan oleh orang-orang Kristen di seluruh dunia sampai sekarang.

Darimana kepercayaan paganis politheisme mendapat ajaran tentang Dewa Matahari yang diperingati tanggal 25 Desember? 
Mari kita telusuri melalui Bibel maupun sejarah kepercayaan paganis yang dianut oleh bangsa Babilonia kuni di dalam kekuasaan raja Nimrod (Namrud).

California USA, 1994, menjelaskan:
Namrud cucu Ham Anak nabi Nuh adalah pendiri sistem kehidupan masyarakat Babilonia kuno. Nama Nirod dalam bahasa Hebrew (Ibrani) berasal dari kota “Marad” yang artinya: “Dia membangkang atau Murtad” antara lain dengan keberaniannya mengawini ibu kandungnya sendiri bernama “Semiramis”.
Namun usia Namrud tidak sepanjang ibu sekaligus istrinya. Maka setelah Namrud mati Semiramis menyebarkan ajaran, bahwa roh Namrud tetap hidup selamanya, walaupun jasadnya telah mati. Maka dibuatlah olehnya perumpamaan pohon “Evergreen” yang tumbuh dari sebatang kayu mati.
Maka untuk memperingati kelahirannya dinyatakan bahwa Namrud selalu hadir di pohon Evergreen dan meninggalkan bingkisan yang digantungkan di ranting-ranting pohon itu. Sedangkan kelahiran Namrud dinyatakan tanggal 25 Desember. Inilah asal-usul pohon Natal.
Lebih lanjut Semiramis dianggap sebagai “Ratu Langit” oleh rakyat Babilonia, kemudian Namrud dipuja sebagai “anak suci dari surga”. [/i]

Putaran zaman menyatakan bahwa penyembah berhala versi Babilonia ini berubah menjadi “Mesiah palsu”, berupa dewa “Ba-al” anak dewa matahari dengan obyek penyembahan “Ibu dan Anak” (Semiramis dan Namrud) yang lahir kembali. Ajaran tersebut menjalar ke negara lain: Di Mesir berupa “Isis dan Osiris”, di Asia bernama “Cybele dan Deoius”, di Roma disebut“Fortuna dan Yupiter”. Bahkan di Yunani, “Kwan Im” di Cina, Jepang, dan Tibet, India, Persia, Afrika, Eropa, dan Meksiko juga ditemukan adat pemujaan terhadap dewa “Madonna”dan lain-lain.

Dewa-dewa berikut dimitoskan lahir pada tanggal 25 Desember, dilahirkan oleh gadis perawan(tanpa bapak), mengalami kematian (salib) dan dipercaya sebagai Juru Selamat (Penebus Dosa).
  1. Dewa Mithras (Mitra) di Iran, yang juga diyakini dilahirkan dalam sebuah gua dan mempunyai 12 orang murid. Dia juga disebut sebagai Sang Penyelamat, karena ia pun mengalami kematian, dan dikuburkan, tapi bangkit kembali. Kepercayaan ini menjalar hingga Eropa. Konstantin termasuk salah seorang pengagum sekaligus penganut kepercayaan ini.
  2. Apollo, yang terkenal memiliki 12 jasa dan menguasai 12 bintang/planet.
  3. Hercules yang terkenal sebagai pahlawan perang tak tertandingi.
  4. Ba-al yang disembah orang-orang Israel adalah dewa penduduk asli tanah Kana?an yang terkenal juga sebagai dewa kesuburan.
  5. Dewa Ra, sembahan orang-orang Mesir Kuno; kepercayaan ini menyebar hingga ke Romawi dan diperingati secara besar-besar dan dijadikan sebagai pesta rakyat. Demikian juga Serapsis, Attis, Isis, Horus,Adonis, Bacchus, Krisna, Osiris, Syamas, Kybele dan lain-lain. Selain itu ada lagi tokoh/pahlawan pada suatu bangsa yang oleh mereka diyakini dilahirkan oleh perawan, antara lain Zrates (Bangsa Persia) dan Fo Hi (Bangsa Cina). Demikian pula pahlawan-pahlawanHelenisme: Agis, Celomenes, Eunus, Solulus, Aristonicus, Tibarius, Grocesus, Yupiter, Minersa, Easter.

    Jadi, konsep bahwa Tuhan itu dilahirkan seorang perawan pada tanggal 25 Desember, disalib/dibunuh kemudian dibangkitkan, sudah ada sejak zaman purba.
    Konsep/dogma agama bahwa yesus adalah anak Tuhan dan bahwa Tuhan mempunyai tiga pribadi, dengan sangat mudahnya diterima oleh kalangan masyarakat Romawi karena mereka telah memiliki konsep itu sebelumnya. Mereka tinggal mengubah nama-nama dewa menjadi Yesus. Maka dengan jujur Paulus mengakui bahwa dogma-dogma tersebut hanyalah kebohongan yang sengaja dibuatnya. Kata kepada jemaat di Roma.

    Tetapi jika kebesaran Allah oleh dustaku semakin melimpah bagi kemuliannya, mengapa aku masih dihakimi lagi sebagai orang berdosa ? (Roma 3:7).

    Mengenai kemungkinan terjadinya pendustaan itu. Yesus telah mensinyalir lewat pesannya:

    Jawab Yesus kepada mereka: Waspadalah supaya jangan ada orang yang menyesatkan kamu! Sebab banyak orang akan datang dengan memakai namaku dan berkata Akulah Mesias, dan mereka akan menyesatkan banyak orang?. (Matius 24:4-5).

PANDANGAN BIBEL TENTANG UPACARA NATAL 
Untuk mengetahi pandangan Bibel tentang perayaan Natal yang diwarisi dari tradisi paganisme, baiklah kita telaah Yeremia 10:2-4:
“Beginilah firman Tuhan: “Janganlah biasakan dirimu dengan tingkah langkah bangsa-bangsa, janganlah gentar terhadap tanda-tanda di langit, sekalipun bangsa-bangsa gentar terhadapnya. Sebab yang disegani bangsa-bangsa adalah kesia-siaan. Bukankah berhala itu pohon kayu yang ditebang orang dari hutan, yang dikerjakan dengan pahat oleh tangan tukang kayu? Orang memperindahnya dengan emas dan perak, orang memperkuatnya dengan paku dan palu supaya jangan goyang.”
Demikianlah pandangan Bibel tentang upacara Natal, yaitu melarang orang Kristen mengikuti kebiasaan bangsa-bangsa penyembah berhala.
Selanjutnya mari kita simak penjelasan dalam Yeremia 10:5:
“Berhala itu sama seperti orang-orangan di kebun mentimun. Tidak dapat berbicara, orang harus mengangkatnya, sebab tidak dapat melangkah. Janganlah takut kepadanya, sebab berhala itu tidak dapat berbuat jahat, dan berbuat baik pun dia tidak dapat.”

SUMBER-SUMBER KRISTEN YANG MENOLAK NATAL

  1. Catholic Encyclopedia, edisi 1911 tentang Chrismas“Natal bukanlah upacara gereja yang pertama … melainkan ia diyakini berasal dari Mesir, perayaan yang diselenggarakan oleh para penyembah berhala dan jatuh pada bulan Januari, kemudian dijadikan hari kelahiran Yesus.”Dalam buku yang sama, tentang “Natal Day” dinyatakan sebagai berikut: “Di dalam kitab suci tidak ada seorangpun yang mengadakan upacara atau menyelenggarakan perayaan untuk merayakan hari kelahiran Yesus. Hanyalah orang-orang kafir saja (seperti Fir’aun dan Herodes) yang berpesta pora merayakan hari kelahirannya ke dunia ini.”
  2. Encyclopedia Britanica, edisi 1946 menyatakan: “Natal bukanlah upacara gereja abad pertama, Yesus Kristus atau para muridnya tidak pernah menyelenggarakannya, dan Bible juga tidak pernah menganjurkannya. Upacara ini diambi oleh gereja dari kepercayaan kafir penyembah berhala.’
  3. Encyclopedia Americana, edisi tahun 1944, menyatakan: “Menurut para ahli, pada abad-abad permulaan, Natal tidak pernah dirayakan oleh umat Kristen. Pada umumnya umat Kristen hanya merayakan hari kematian orang-orang terkemuka saja, dan tidak pernah merayakan hari kelahiran orang tersebut”. (Perjamuan Suci, yang termaktub dalam kitab Perjanjian Baru hanyalah untuk mengenang kematian Yesus Kristus) … Perayaan Natal yang dianggap sebagai hari kelahiran Yesus, mulai diresmikan pada abad ke-4 M. Pada abad ke-5 M, Gereja Barat memerintahkan kepada umat Kristen untuk merayakan hari kelahiran Yesus, yang diambil dari hari pesta bangsa Roma yang merayakan hari “Kelahiran Dewa Matahari”. Sebab tidak seorangpun mengetahui hari kelahiran Yesus.”
    Keterangan:
    ** Jika kita menerima keterangan Injil Lukas, maka Yesus dilahirkan pada tahun 2 Sebelum Masehi. Hal ini didasarkan pada keterangan Injil Lukas yang menempatkan pembaptisan Yesus pada tahun ke-15 pemerintahan Kaisar Roma Tiberius, dan saat Pontius Pilatus menjadi pejabat gubernur Yudaea (Lukas 3:1), dan bahwa Kaisar Tiberius menggantikan Kaisar Agustus pada tahun 14 Masehi,* maka Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis pada tahun 29 Masehi, yakni ketika Yesus berumur kira-kira 30 tahun (Lukas 3:23). Ini berarti, Yesus dilahirkan pada tahun 2 Sebelum Masehi.

    Rujukan:
    * A) Josephus F (1998) B) Asimov I (1969) C) Braid W (1971) D) Duncan GB (1971) E) Leon-Dufour X (1983) F) Jerald F. Dirks (2001).

Senin, 10 Desember 2012

Sejarah Berdirinya Ka'bah


Umat Islam meyakini Ka’bah adalah tempat ibadah pertama yang berdiri di muka bumi. Hal ini terabadikan dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran 96,  “Sesungguhnya rumah yang pertama kali dibangun untuk (tempat ibadah) manusia, adalah Baitullah di Bakkah (Mekkah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia.”

Sebuah cerita pra-Islam mengatakan Ka’bah didirikan oleh Adam untuk beribadah kepada Allah. Namun, sebuah riwayat hadis dari Ali bin Hussain, mengatakan Ka’bah didirikan  para Malaikat sebelum kehadiran Nabi Adam di muka bumi. Malaikat saat itu diperintahkan membangun Ka’bah seperti bentuk Baitul Makmur, tempat ibadah yang berada di Surga di langit ke-7.

Namun, seiring waktu berjalan, Ka’bah tersapu banjir besar ketika zaman Nabi Nuh. Ka’bah dibangun kembali oleh Nabi Ibrahim dan anaknya Nabi Ismail, yang ceritanya terekam dalam Al Qur’an (Surat Al-Hajj : 26). Sejak Nabi Ibrahim, Ka’bah digunakan untuk ibadah Haji.

Setelah itu Ka’bah berkembang menjadi Kota Mekkah diziarahi oleh orang-orang dari berbagai negeri dari jazirah Arab dan Mesir. Oleh karenanya, sepeninggal Nabi Ibrahim, pengelolaan Ka’bah beberapa kali diperebutkan, dan Ka’ba h pun beberapa kali mengalami renovasi dan pengembangan
***

Dari tampilan fisiknya, Ka’bah memang tidak mengadopsi desain dan arsitektur bangunan canggih. Bentuknya sederhana, sesuai namanya (Ka’bah berarti kubus) dengan ukuran panjang-lebar-tinggi: 13,16 m X 11,53 m X 12,03 m. Di dalamnya ada sebuah ruangan berukuran sekitar 10 X 8 meter persegi, dengan dua pilar menjulang ke langit-langit.

Pada masa pra Islam, ruangan ini digunakan menyimpan patung-patung berhala untuk ritual masa itu. Setelah penaklukan kota Mekkah oleh Nabi Muhammad, ratusan patung itu dihancurkan serta gambar-gambar di dinding Ka’bah juga dihapus. Sudut-sudut Ka’bah mengarah ke empat penjuru mata angin, dengan posisi batu Hajar Aswad menempel di sudut timurnya.
Hajar Aswad adalah salah satu elemen penting Ka’bah. Seperti dicontohkan oleh Nabi Muhammad, jamaah haji biasanya mencium batu ini di sela-sela tawaf. Batu ini mulai dipasang di Ka’bah sejak Ibrahim memerintahkan Ismail untuk mencari sebuah batu untuk dipasang di salah satu celah di bangunan Ka’bah.

Namun setelah sekian lama Ismail mencari batu ini, akhirnya Ibrahim mendapatkan batu ini dari Malaikat Jibril. Batu hitam yang berkilau-kilau ini sejak lama mengundang perdebatan. Menurut hadits riwayat At Tirmidzi, batu hitam itu adalah batu yang berasal dari Surga, yang dibawa oleh Nabi Adam ke bumi. Awalnya, kata hadits itu, batu itu berwarna putih. Tapi karena menyerap dosa –dosa manusia di bumi, batu ini berubah warna menjadi hitam.

Sebagian muslim meyakini batu ini adalah batu meteorit berasal dari luar angkasa. Namun, hipotesa ini belum terbukti kebenarannya. Ada pula yang menyebutnya sebagai batu basalt, batu agate (batu akik), atau kaca alami.

Adalah Paul Partsch, seorang kurator koleksi perhiasan Kerajaan Austro-Hungaria, yang pertama kali memperkirakan Hajar Aswad  sebagai batu meteor, pada 1857. Namun, berdasarkan ciri fisiknya, Robert Dietz dan John McHonde menyimpulkan Hajar Aswad sebenarnya adalah batu akik, pada 1974.

Belakangan, seorang pakar sejarah mengatakan Hajar Aswad adalah batu yang bisa mengambang di atas air. Bila benar, berarti Hajar Aswad adalah batu kaca atau batu apung. Pada 1980, Elsebeth Thomsen dari University of Copenhagen menawarkan hipotesis baru.

Menurutnya, Hajar Aswad adalah fragmen kaca yang pecah akibat tumbukan meteor yang jatuh di Wabar, sebuah tempat di gurun Rub’ al Khali, 1000 km di timur Mekkah. Meteor ini diperkirakan jatuh pada 6000 tahun lalu. Namun hipotesis ini pun belum bisa dipastikan kebenarannya.

***

Pada 1977 ilmuwan Mesir Dr Husain Kamaluddin mempublikasikan temuan ilmiahnya bahwa Mekkah adalah pusat bumi. Dibantu pakar Matematika dari Universitas Asyuth, Dr Muhammad Al-Syafi’I ‘Abd Al-Lathif, Husain melakukan penelitian bertahun-tahun melibatkan sekian banyak tabel matematika serta bantuan program komputer.

Penemuan itu ia dapatkan secara tak sengaja. “Awalnya penelitian ini bertujuan menemukan alat yang dapat membantu setiap orang mengetahui dan menentukan arah kiblat,” kata Husain, dikutip dari buku ‘Ka’bah Rahasia Kiblat Dunia’, karangan Muhammad Abdul Hamid Asy-Syarqawi dan Muhammad Raja’l Ath-Thahlawi.

Husain menyiapkan peta berisi gambar benua-benua. Ternyata ia mendapatkan Mekkah berada di tengah-tengah peta dunia. Ia mendapati bahwa tanah di permukaan bumi menyebar dari Mekkah sebagai pusat dengan sangat teratur.

Tak percaya dengan temuannya, ia berkali-kali mengulang percobaannya, bahkan saat ia ujikan kembali dengan peta kuno sebelum terbentuknya Amerika dan Australia. Ternyata hasilnya sama, Mekkah tetap menjadi sentral bumi, termasuk pada awal masa penyebaran dakwah Islam. Tentu saja pembuktian Husain mengundang kontroversi. Ada yang percaya, ada pula yang tak percaya dengan temuannya itu.

Hal lain menarik tentang Ka’bah diungkapkan oleh Agus Mustafa dalam bukunya, Pusaran Energi Ka’bah. Menurut Agus, mengapa doa-doa seorang muslim lebih cepat terkabul ketika ia tengah berada di depan Ka’bah atau Multazam, itu ada penjelasan ilmiahnya.

Agus menyodorkan hukum gaya Lorentz atau juga dikenal dengan aturan tangan kanan. Hukum itu mengatakan bahwa pada konduktor melingkar yang dialiri arus listrik berlawanan arah jarum jam, akan menghasilkan medan magnet yang mengarah ke atas.

Oleh karenanya, kata Agus, ketika lautan tubuh manusia yang mengandung bioelektron mengitari Ka’bah berlawanan arah jarum jam sambil merapalkan kalimat-kalimat talbiyah, maka itu akan melontarkan medan magnet yang demikian besar ke arah langit.

***

Bagi seorang muslim yang taat, tentu saja pembuktian ilmiah terhadap alasan yang melatari ibadah mereka, tak terlalu penting. Benar atau tidak klaim yang mengatakan bahwa Mekkah adalah pusat dari pergerakan bumi, yang jelas Mekkah selalu menjadi magnet bagi muslim di seluruh dunia.

Tokoh muslim pembela hak-hak kulit hitam Amerika Serikat, ElHajj Malik El-Shabazz atau lebih dikenal dengan Malcom X, begitu terpesona dengan semangat persatuan umat yang terjadi selama ibadah haji yang diikuti.
Pengalamannya di sana mengubah pandangan rasisnya selama ini. Kemudian itu diabadikannya dalam sepucuk surat bagi kawannya di Amerika Serikat. “Di sini, ada puluhan ribu peziarah, yang berasal dari seluruh dunia. Mereka berasal dari beragam warna, dari mata biru, pirang, hingga kulit hitam Afrika. Tapi kami semua melakukan ritual sama, memperlihatkan semangat kebersamaan dan persaudaraan, yang selama ini, berdasarkan pengalaman di Amerika, saya kira hal itu tidak pernah ada.”

Selama sebelas hari, Malcolm makan dan minum di piring dan gelas yang sama, tidur di tempat tidur yang sama dan salat kepada Tuhan yang satu. “Saya merasakan ketulusan yang sama dari mereka. Karena keyakinan mereka terhadap Tuhan telah mengenyahkan segala perbedaan dari pikiran mereka."

Islam memang tak membedakan ras, warna, pangkat dan kedudukan. Islam hanya menghargai nilai ketakwaan dari penganutnya. Tak hanya mengajarkan kebersamaan dan persatuan, drama yang terjadi di Ka’bah dan Mekkah, sering menginspirasi atau bahkan mengubah cara pandang dan hidup seseorang.

Dan itu, kerap kali membuat orang meneteskan air mata haru tatkala harus kembali pulang ke negara mereka. Wolfe menggambarkan keharuannya ketika harus meninggalkan Ka’bah dan Mekkah, dengan satu pepatah kuno.
Pepatah itu berbunyi, “Sebelum kamu mengunjunginya, Mekkah akan selalu menanti Anda. Ketika Anda meninggalkannya, Mekkah akan selalu memanggilmu kembali. Selamanya.

Minggu, 02 Desember 2012

HARAPAN BUAT KAHMI DAN MAHFUD MD


Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengalahkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam presidium Musyawarah Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Munas KAHMI) ke-IX periode 2012-2017 di Kabupaten Kampar, Riau. Dalam pemilihan presidium yang berakhir pukul 03.30 WIB dini hari tadi, Mahfud berhasil mengungguli Vina dan Anas dalam menempati posisi teratas presidium KAHMI.
Berdasarkan hasil Munas KAHMI ke-IX yang dihadiri 1000 anggota dari seluruh Indonesia, terpilih sembilan orang presidium yang menjadi anggota Majelis Nasional KAHMI, yakni Mahfud MD yang meraih 347 suara dan anggota DPR Viva Yoga Mauladi yang meraih 334 suara. Sedangkan nama Anas Urbaningrum hanya menempati posisi tiga setelah meraih 320 suara, kemudian disusul Muhammad Marwan 313 suara, Anis Baswedan 308 suara, Bambang Soesatyo 260 suara, Reni Marlina 192 suara, mantan Menteri Kehutanan Malam Sambat Kaban 156 suara dan Taufiq Hidayat 153 suara.
Akan tetapi, pimpinan dalam KAHMI bersifat kolektif, di mana Majelis Nasional KAHMI bersifat presidium yang bersifat kolektif kolegial. Walaupun Mahfud meraih suara terbanyak atau tempat teratas, bukan berarti Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut menjadi ketua umum karena tidak ada istilah ketua umum dalam KAHMI. Jika kalau jabatan ketua umum, maka organisasinya dengan sistem presidensil. Kalau KAHMI memakai sistem presidium, jadi kesembilan orang yang terpilih dapat menjadi ketua. Karena kepemimpinan dalam KAHMI bersifat kolektif kolegial.
Terpilihnya Mahfud MD sebagai Ketua Presedium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dianggap mereflrksikan keinginan seluruh peserta Munas ke-IX di Riau. Dari awal perserta Munas, tak ingin KAHMI dipimpin politisi. Jadi, kepimpinan Mahfud MD ini sudah dapat mewakili apa yang diharapkan peserta Munas pada umumnya. Dimana peserta mengharapkan agar KAHMI jangan dimpimpin seorang politisi. keinginan peserta Munas untuk tidak memilih ketua dari unsur politisi, agar kepengurusan KAHMI bisa lebih independen. Sehingga peserta Munas mengharapkan ketua umum KAHMI dari kalangan birokrasi, atau akademisi.
Para peserta menilai, jika pucuk pimpinan dari politisi, mau tidak mau, nantinya KAHMI juga terkesan ikut dalam partai tersebut. Menghindari hal itulah, Mahfud MD sudah paling pas memimpin KAHMI, karena dia dari kalangan akademisi.
Bersyukur Mahfud dapat terpilih dalam suasana yang demokratis dan jauh dari politik uang. Karena proses pemilihan presidium KAHMI berlangsung secara fair.  Artinya bahwa, KAHMI masih bagus, dewasa dalam berdemokrasi. Ini Munas yang bergairah dalam suasana demokratis. Ada kontes yang terbuka tapi fair, tak ada isu kecurangan atau pun politik uang. 
Hasil Munas KAHMI merupakan cermin bahwa warga KAHMI masih punya kepekaan hati nurani. Buktinya, Mahfud MD diminta jadi calon ketua.  Mahfud datang apa adanya, tak ada tim sukses yang menggalang agar Dia menang, tetapi secara obyektif para peserta Munas memilihnya dengan suara terbanyak. 
Keberadaan Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) harus memberikan manfaat dalam segala lini kehidupan bagi umat Islam, dan bangsa Indonesia. KAHMI harus mampu berperan proaktif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang mendera umat Islam dan bangsa Indonesia dewasa ini.
Sebagai kelompok para cendekiawan, KAHMI diharapkan mampu merespons berbagai isu dan masalah yang terjadi di masyarakat. Sebagai wadah intelektual para alumni HMI, KAHMI harus berkontribusi secara riil terhadap berbagai masalah atau isu yang berkaitan dengan kehidupan umat, bangsa dan negara. Misalnya melalui peningkatan kualitas sumberdaya manusia, pemberdayaan ekonomi, serta pemberdayaan umat.
Namun, sikap proaktif KAHMI, haruslah tetap menampakkan sikap independensinya. KAHMI bisa lebih optimal dalam merespons berbagai permasalahan umat dan bangsa jika tetap mengedepankan sikap independen. KAHMI akan mampu memainkan perannya dalam membantu pemerintah merespons isu-isu penting. Terlebih KAHMI sebagai wadah para kaum intelektual sudah terstruktur dari tingkat pusat hingga ke daerah.
Sebagai sebuah wadah, KAHMI sudah makin tanpak hingga ke berbagai wilayah Tanah Air. Diharapkan wadah KAHMI yang sudah menasional ini juga bisa memberikan dorongan bagi kemajuan kader-kader HMI. Selain itu, keberadaan KAHMI kedepannya harus bisa memperkuat kekuatan masyarakat sipil (civil society), terutama dalam menambah kelompok kelas menengah (middle class) untuk pengembangan demokrasi yang lebih baik bagi umat Islam dan bangsa Indonesia.
KAHMI harus menguatkan kekuatan masyarakat sipil yang bisa bermanfaat bagi bangsa dan umat. Terutama, diharapkan dapat menambah kekuatan middle class untuk pengembangan demokrasi yang lebih baik ke depannya. Sebagai wadah alumni HMI yang penuh dengan pengembangan ide, dan gagasan, KAHMI harus mempu memberikan yang terbaik buat umat, dan bangsa Indonesia.
Namun, KAHMI sebagi bagian dari civil society yang kritis, harus tetap independen, dan mampu membatasi intervensi dengan negara. Karena itu, KAHMI secara lembaga harus tetap menjaga independensinya dengan kelompok politik manapun dan tidak tersubordinasi dengan Negara. Bersihkan KAHMI ini dari unsur-unsur kepentingan politik jangka pendek, kasihanilah KAHMI ini. Jangan dijadikan sebagai alat politik dari kelompok-kelompok politik tertentu, hingga menjadi gerakan moral yang kuat tapi berpengaruh Ke depan, KAHMI harus mampu berkontribusi lebih besar lagi dalam menuntaskan berbagai masalah yang ada, seperti masalah ekonomi, hukum, soosial, politik, dan budaya.

BIOGRAFI MAHFUD MD
Mahfud nama lengkapnya Mohammad Mahfud dilahirkan pada 13 Mei 1957 di Omben, Sampang Madura, dari pasangan Mahmodin dan Suti Khadidjah. Mahfud adalah anak keempat dari tujuh bersaudara, Tiga kakaknya antara lain Dhaifah, Maihasanah dan Zahratun. Sementara ketiga adiknya bernama Siti Hunainah, Achmad Subkhi dan Siti Marwiyah. 
Mahmodin, ayahanda Mahfud berasal Desa Plakpak, Kecamatan Pangantenan - Pamekasan Madura ini hanyalah seorang pegawai rendahan di kantor Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang. Nah, inisial MD di belakang nama Mahfud adalah singkatan dari nama ayahnya, Mahmodin, dan bukan merupakan gelar akademik seperti sebagian orang menganggapnya.

Sebenarnya sampai lulus SD tidak ada inisial MD di belakang nama Mahfud. Baru ketika ia memasuki sekolah lanjutan pertama, tepatnya masuk ke Pendidikan Guru Agama (PGA), tambahan nama itu bermula. Saat di kelas I sekolah tersebut ada tiga murid yang bernama Mohammad Mahfud. Hal itu membuat wali kelasnya meminta agar di belakang setiap nama Mahfud diberi tanda A, B, dan C. Namun karena kode tersebut dirasa seperti nomer becak, wali kelas lalu memutuskan untuk memasang nama ayahnya masing-masing dibelakang nama Mahfud.
Jadilah Mahfud memakai nama Mahfud Mahmodin sedangkan teman sekelasnya yang lain bernama Mahfud Musyaffa’ dan Mahfud Madani. Dalam perjalanannya, Mahfud merasa bahwa rangkaian nama Mahfud Mahmodin terdengar kurang keren sehingga Mahmodin disingkatnya menjadi MD. Tambahan nama inisial itu semula hanya dipakai di kelas, tetapi pada waktu penulisan ijazah kelulusan SMP (PGA), inisial itu lupa dicoret sehingga terbawa terus sampai ijazah SMA, Perguruan Tinggi, dan Guru Besar. Hal itu disebabkan karena nama pada ijazah di setiap tingkat dibuat berdasarkan nama pada ijazah sebelumnya. Berangkat dari situlah nama resmi Mahfud menjadi Moh. Mahfud MD. 

Pendidikan Mahfud MD
Sejak kecil Mahfud dididik berdasarkan pemahaman religi Islam yang kuat, sebagaimana orang Madura pada umumnya, yakni selain pendidikan formal di sekolah dasar di pagi hari, siangnya harus sekolah madrasah diniyah, lalu malamnya ngaji di surau (Nah, yang ini beneran mirip waktu saya waktu kecil). 
Setamat dari SD, Mahfud dikirim belajar ke Sekolah Pendidikan Guru Agama (PGA) Negeri di Pamekasan. Pada masa itu, ada kebanggaan tersendiri bagi orang Madura kalau anaknya bisa menjadi guru ngaji, ustadz, kyai atau guru agama. Lulus dari PGA, Mahfud terpilih mengikuti Pendidikan Hakim Islam Negeri (PHIN), sebuah sekolah kejuruan unggulan milik Departemen Agama yang terletak di Yogyakarta. Sekolah ini merekrut luluan terbaik dari PGA dan MTs seluruh Indonesia.
Begitu tamat dari PHIN pada 1978, rencananya hendak melanjutkan sekolah ke PTIQ (Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur'an) di Mesir. Namun, sambil menunggu persetujuan beasiswa, Mahfud coba-coba kuliah di Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia (UII - Yogyakarta) dan Fakultas Sastra (Jurusan Sastra Arab) UGM. Eh, dia terlanjur betah di kampus ini. Rupanya Mahfud merasa jiwanya lebih cocok di dunia hukum. Maka ditinggalkan-lah bangku kuliah di Fakultas Sastra UGM dan berkonsentrasi di Fak Hukum UII.
Meski harus membiayai sendiri kuliahnya, dia pun mampu lulus sebagai sarjana hukum UII pada tahun 1983. Nah, sekian waktu menggeluti ilmu dan dunia hukum, Mahfud merasakan kekecewaan. Ia rupanya sadar bahwa peran dan posisi hukum relatif dan seringkali dikalahkan oleh keputusan-keputusan politik. Akibat intervensi politik ini pun segala perangkat hukum menjadi tumpul.
Kesadaran inilah yang kemudian mendasari Mahfud ingin belajar ilmu politik.Maka tanpa ragu, begitu peluang menempuh S-2 ilmu politik didapat, Mahfud pun mengambil program pasca sarjana tersebut tahun 1985 di UGM. Mahfud memang mendapat beasiswa penuh dari UII sebagai perguruan tinggi yang mensponsori studinya ini. Di tempat inilah, Mahfud cukup beruntung karena Mahfud menerima mata kuliah langsung dari dosen-dosen Ilmu Politik terkenal seperti Moeljarto Tjokrowinoto, Mochtar Mas’oed, Ichlasul Amal, Yahya Muhaimin, Amien Rais, dan lain-lain.
Selepas lulus dari Program S-2 Ilmu Politik, Mahfud kemudian mengikuti pendidikan Doktor (S-3) dalam Ilmu Hukum Tata Negara di Program Pasca Sarjana UGM sampai akhirnya lulus sebagai doktor (1993). Disertasi doktornya tentang “Politik Hukum” cukup fenomenal dan menjadi bahan bacaan pokok di program pascasarjana bidang ketatanegaraan pada berbagai perguruan tinggi karena pendekatannya yang mengkombinasikan dua bidang ilmu yaitu ilmu hukum dan ilmu politik.
Mahfud sempat juga menjabat sebagai Direktur Pascasarjana UII pada 1998-2001. Dalam rentang waktu yang sama yakni 1998-1999 Mahfud juga menjabat sebagai Asesor pada Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Puncaknya, Mahfud MD dikukuhkan sebagai Guru Besar atau Profesor bidang Politik Hukum pada tahun 2000, dalam usia masih relatif muda yakni 40 tahun.
Pencapain itu diraih Mahfud saat usianya baru akan menginjak 41 tahun. Tidak heran jika pada waktu itu, Mahfud tergolong sebagai Guru Besar termuda di zamannya. Satu nama yang dapat disejajarkan adalah Yusril Ihza Mahendra, yang juga meraih gelar Guru Besar pada usia muda.
Mahfud pun tercatat sebagai dosen tetap Fakultas Hukum UII pertama yang meraih derajat Doktor pada tahun 1993. Dia meloncat mendahului bekas dosen dan senior-seniornya di UII, bahkan tidak sedikit dari bekas dosen dan senior-seniornya yang kemudian menjadi mahasiswa atau dibimbingnya dalam menempuh pendidikan pascasarjana.

Organisasi Kemahasiswaan Kala di Bangku Kuliah
Sejak masih di bangku belajar, Mahfud sepertinya mulai tertarik dengan hingar bingar kampanye pemilu kala orde baru berkuasa. Nah, ini kemudian ditumpahkan setelah ia masuk perguruang tinggi. Mahfud lalu aktif di organisasi ekstra universiter Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Aktivitas politik praktis ala mahasiswa di kampus pun menjadi salah satu bagian keseharian dia. Hal ini dibuktikan karena selain di HMI, ia juga malang melintang di berbagai organisasi kemahasiswaan intra universiter seperti Senat Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, termasuk di lembaga press kampus. Atribut sebagai aktivis mahasiswa ini, tentu memungkinkan dia melampiaskan energi politik praktisnya kala itu. 
Mahfud juga tercatat pernah menjadi pimpinan di majalah Mahasiswa Keadilan (tingkat Fakultas hukum - UII), serta memimpin Majalah Mahasiswa Muhibbah (tingkat universitas). Karena begitu kritis terhadap pemerintah Orde Baru, Majalah Muhibbah yang pernah dipimpinnya pernah dibreidel sampai dua kali. Pertama dibreidel oleh Pangkopkamtib Soedomo (tahun 1978) dan terakhir dibreidel oleh Menteri Penerangan Ali Moertopo pada tahun 1983.

Keluarga Yang Berbahagia
Mahfud MD menikah dengan Zaizatun Nihayati (dipanggil Yatie), gadis teman kuliahnya di Fakultas Hukum UII Yogyakarta, pada tahun 1982. Yatie adalah perempuan kelahiran Jember, 18 November 1959 anak kedua dari delapan bersaudara pasangan Sya’roni dan Shofiyah. Zaizatun Nihayati berijazah Sarjana Hukum dan pernah bekerja sebagai guru SMU. Tetapi ketika Mahfud diangkat menjadi menteri dan harus berpindah ke Jakarta maka pekerjaannya sebagai guru ditinggalkan, sampai sekarang.
Mahfud dan Yatie bertemu pertama kali pada 1978 saat keduanya sama-sama aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI).  Sejak 1979, keduanya mulai dekat dan akhirnya berpacaran. Hubungan keduanya bertahan lama, sehingga pada 2 Oktober 1982, Mahfud dan Yatie resmi menikah di Semboro, Tanggul, Jember. Dari pernikahan itu, Mahfud dan Yatie dikaruniai tiga orang anak. Pertama adalah Mohammad Ikhwan Zein, laki-laki kelahiran 15 Maret 1984, anak kedua adalah Vina Amalia, gadis yang lahir 15 juli 1989, dan yang ketiga, adalah Royhan Akbar, lahir 7 Februari 1991.

Soal pendidikan, Mahfud mempercayakan ketiga anak-anaknya untuk menempuh sekolah di sekolah-sekolah formal dan tidak ada satupun yang dimasukkan ke pesantren.  Mahfud menilai pesantren belum bisa memberi jawaban terhadap tantangan pendidikan sekarang. Barangkali pesantren bisa membekali untuk tahapan basic (dasar) hingga SLTP. Tapi untuk tahap sesudah itu, pesantren kalau kondisinya seperti sekarang, belum bisa diandalkan untuk mengantarkan anak menyongsong masa depan yang semakin berat.
Akhirul kalam, Selamat buat Mahfud MD semoga dapat menjalankan amanah dengan baik. Amin. Wassalam… (Lafran Pane)