Minggu, 02 Desember 2012

Jadi Ketua Presidium, Mahfud Tak Akan Bawa KAHMI ke Politik Praktis

Jakarta - Musyawarah Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) ke-IX yang digelar selama dua hari di Riau telah memilih Majelis Nasional yang baru untuk periode 2012-2017. Salah satu yang terpilih sebagai presidium majelis adalah Mahfud MD. Bagaimana tanggapan Mahfud?

"Saya akan ajak KAHMI membangun masa depan Indonesia yang bermartabat. KAHMI tak akan masuk ke arena politik praktis," ujar Mahfud kepada detikcom, Minggu (2/12/2012). 

Mahfud mengatakan dirinya bersyukur dapat terpilih dalam suasana yang demokratis dan jauh dari politik uang. Menurut ketua MK tersebut, proses pemilihan presidium KAHMI berlangsung secara fair. 

"Ya, benar. Saya terpilih. Saya bersyukur bahwa KAHMI masih bagus, dewasa dalam berdemokrasi. Ini Munas yang bergairah dalam suasana demokratis. Ada kontes yang terbuka tapi fair, tak ada isu kecurangan atau pun politik uang," ujar Mahfud kepada detikcom, Minggu (2/12/2012). 

Menurut Mahfud, hasil Munas KAHMI merupakan cermin bahwa warga KAHMI masih punya kepekaan hati nurani. Buktinya, menurut dia, dirinya diminta jadi calon ketua. 

"Saya datang apa adanya, tak ada tim sukses yang menggalang agar saya menang, tetapi secara obyektif para peserta Munas memilih saya dengan suara terbanyak," tuturnya, 

Berdasarkan Munas tersebut, terpilih 9 orang presidium yang menjadi anggota Majelis Nasional KAHMI. Berikut hasil pemilihan dalam Munas KAHMI ke-IX:

1. Mahfud MD (347 suara)
2. Viva Yoga Mauladi (334 suara)
3. Anas Urbaningrum (320 suara)
4. Muhammad Marwan (313 suara)
5. Anis Baswedan (308 suara)
6. Bambang Soesatyo (260 suara)
7. Dr Hj Reni Marlina (192 suara)
8. Ms Kaban (156 suara)
9. Taufiq Hidayat (153 suara)

Munas KAHMI ke-IX digelar sejak Jumat (30/11) hingga Sabtu (1/12) di Kabupaten Kampar, Riau. Selain dihadiri peserta anggota KAHMI dari seluruh Indonesia, Munas ini juga dihadiri Jusuf Kalla.

(rmd/rmd) 

Mahfud Terpilih Karena Peserta Munas Tak Ingin KAHMI Dipimpin Politisi

(kiri ke kanan) Mantan Wapres Jusuf Kalla, Ketua MK Mahfud MD, Pimpinan Kolektif Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Anas Urbaningrum menghadiri Musyawarah Nasional KAHMI IX di kabupaten Kampar, Riau, Jumat (30/11) malam (Ridhwan Ermalamora)
Pekanbaru - Terpilihnya Mahfud MD sebagai Ketua Presedium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) dianggap mereflrksikan keinginan seluruh peserta Munas ke-IX di Riau. Dari awal perserta Munas, tak ingin KAHMI dipimpin politisi.

"Jadi kepimpinan Mahfud MD ini sudah dapat mewakili apa yang diharapkan peserta Munas pada umumnya. Dimana peserta mengharapkan agar KAHMI jangan dimpimpin seorang politisi," kata Ketua Pelaksana Daerah Munas KAHMI di Riau, Johar Firdaus dalam perbincangan dengan detikcom, Minggu (2/12/2012).

Menurut Johar, keinginan peserta Munas untuk tidak memilih ketua dari unsur politisi, agar kepengurusan KAHMI bisa lebih independen. Sehingga peserta Munas mengharapkan ketua umum KAHMI dari kalangan birokrasi, atau akademisi.

"Para peserta menilai, jika pucuk pimpinan dari politisi, mau tidak mau, nantinya KAHMI juga terkesan ikut dalam partai tersebut. Menghindari hal itulah, kami rasa Mahfud MD sudah paling pas memimpin KAHMI, karena dia dari kalangan akademisi," kata Johar.

Berdasarkan Munas tersebut, terpilih 9 orang presidium yang menjadi anggota Majelis Nasional KAHMI. Berikut hasil pemilihan dalam Munas KAHMI ke-IX:

1. Mahfud MD (347 suara)
2. Viva Yoga Mauladi (334 suara)
3. Anas Urbaningrum (320 suara)
4. Muhammad Marwan (313 suara)
5. Anis Baswedan (308 suara)
6. Bambang Soesatyo (260 suara)
7. Dr Hj Reni Marlina (192 suara)
8. Ms Kaban (156 suara)
9. Taufiq Hidayat (153 suara)

Munas KAHMI ke-IX digelar sejak Jumat (30/11) hingga Minggu (2/12) dini hari di Kabupaten Kampar, Riau. Selain dihadiri 1000 anggota KAHMI dari seluruh Indonesia, Munas ini juga dihadiri Jusuf Kalla.

(cha/rmd) 

Mahfud Ungguli Anas dan Anies di Munas KAHMI

Ketua MK Mahfud MD (kiri), Pimpinan Kolektif Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Anas Urbaningrum (kanan) menghadiri Musyawarah Nasional KAHMI IX di kabupaten Kampar, Riau, Jumat malam, (30/11) (Ridhwan Ermalamora)

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPAR -- Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD mengalahkan Ketua Umum Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan dalam pemilihan presidium Musyawarah Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Munas KAHMI).

Munas KAHMI ke-IX periode 2012-2017 tersebut diselenggarakan di Kabupaten Kampar, Riau. Dalam pemilihan, Mahfud mengungguli Anas saat bersaing dalam pemilihan sembilan presidium, Ahad (2/12) dini hari tadi.

"Dalam pemilihan presidium yang berakhir pukul 03.30 WIB dini hari tadi, Mahfud  mengungguli Viva dan Anas dalam menempati posisi teratas presidium KAHMI," ujar Koordinator Media Munas KAHMI ke-IX Riau Asril Darma di Pekanbaru, Ahad (2/12).
Berdasarkan hasil Munas KAHMI ke-IX, terpilih sembilan orang presidium yang menjadi anggota Majelis Nasional KAHMI yakni Mahfud MD yang meraih 347 suara dan anggota DPR dari Fraksi PAN, Viva Yoga Mauladi yang meraih 334 suara.

Anas Urbaningrum hanya menempati posisi tiga setelah meraih 320 suara, kemudian disusul Muhammad Marwan 313 suara, Anis Baswedan 308 suara, Bambang Soesatyo 260 suara, Reni Marlina 192 suara, mantan Menteri Kehutanan MS Kaban 156 suara dan Taufiq Hidayat 153 suara.

Asril yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris KAHMI Riau mengatakan, pimpinan dalam KAHMI bersifat kolektif dimana Majelis Nasional KAHMI bersifat presidium yang bersifat kolektif kolegial.

Redaktur: A.Syalaby Ichsan
Sumber: Antara

Mahfud MD Kalahkan Anas Urbaningrum

Mahfud MD

PEKANBARU, KOMPAS.com - Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD mengalahkan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dalam presidium Musyawarah Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (Munas KAHMI) ke-IX periode 2012-2017 di Kabupaten Kampar, Riau.

"Dalam pemilihan presidium yang berakhir pukul 03.30 WIB dini hari tadi, Mahfud berhasil mengungguli Vina dan Anas dalam menempati posisi teratas presidium KAHMI," ujar Koordinator Media Munas KAHMI ke-IX Riau Asril Darma di Pekanbaru, Minggu (2/12/2012).

Berdasarkan hasil Munas KAHMI ke-IX, terpilih sembilan orang presidium yang menjadi anggota Majelis Nasional KAHMI, yakni Mahfud MD yang meraih 347 suara dan anggota DPR Viva Yoga Mauladi yang meraih 334 suara.

Sedangkan nama Anas Urbaningrum hanya menempati posisi tiga setelah meraih 320 suara, kemudian disusul Muhammad Marwan 313 suara, Anis Baswedan 308 suara, Bambang Soesatyo 260 suara, Reni Marlina 192 suara, mantan Menteri Kehutanan Malam Sambat Kaban 156 suara dan Taufiq Hidayat 153 suara.

Asril yang juga menjabat sebagai Wakil Sekretaris KAHMI Riau mengatakan, pimpinan dalam KAHMI bersifat kolektif, di mana Majelis Nasional KAHMI bersifat presidium yang bersifat kolektif kolegial.

Walaupun Mahfud meraih suara terbanyak atau tempat teratas, bukan berarti Ketua Mahkamah Konstitusi tersebut menjadi ketua umum karena tidak ada istilah ketua umum dalam KAHMI.

"Jika kalau jabatan ketua umum, maka organisasinya dengan sistem presidensil. Kalau KAHMI memakai sistem presidium, jadi kesembilan orang yang terpilih dapat menjadi ketua. Karena kepemimpinan dalam KAHMI bersifat kolektif kolegial," jelasnya.

Sebelumnya akademisi Anis Baswedan mengatakan, sosok Presiden Indonesia yang ingin dicari dalam Munas KAHMI ke-IX di Riau seharusnya mengandung karakter yang dimiliki oleh Rasulullah Muhammad SAW.

"Kahmi tidak perlu susah-susah mencari lagi, karena kita seharusnya sudah cukup berkaca dari sifat-sifat Rasulullah," katanya.

Rektor Universitas Paramadina itu menjelaskan, cerminan empat sifat Rasulullah yang selayaknya dimiliki oleh pemimpin Indonesia yakni jujur (siddiq), dapat dipercaya (amanah), cerdas (tabligh) dan rajin (fathonah).

Sosok pemimpin yang ideal bagi Indonesia adalah, yang mau untuk dikritik dan tak cepat terbuai sanjungan. "Pemimpin itu ketika dikritik tidak tumbang, dipuji tidak terbang," katanya.

Munas KAHMI ke-IX di Riau berlangsung mulai 30 November - 2 Desember 2012 di Hotel Labersa, Kabupaten Kampar, yang dihadiri sejumlah tokoh di antaranya mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung dan Penasehat KPK Abdullah Hehamahua.

Sumber :
Antara
Editor :
Ana Shofiana Syatiri

Kamis, 29 November 2012

Sejarah KAHMI & KOHATI


Sejak berdirinya pada tanggal 17 September 1966, Korps Alumni HMI (KAHMI) senantiasa menjadi perhatian yang cukup pada kalangan HMI, begitu pun proses pengembangan KAHMI di kalimantan tengah akhir-akhir ini tidak lepas dari perhatian HMI dan melahirkan harapan. Munculnya perhatian dan harapan dari kalangan HMI cukup beralasan karena KAHMI sendiri lahir di bumi Indonesia pada saat kongres HMI, tepatnya pada kongres HMI ke 8 di Solo, KAHMI lahir bersama-sama dengan Korp HMI-wati (KOHATI).
Dilihat dari sisi historis KAHMI dan KOHATI dibentuk dari satu induk organisasi yang sama, akan tetapi perjalanan hidup kedua organisasi ini berbeda, walaupun masih ada persamaan. Ide mendasar terbentuknya KAHMI adalah keinginan adanya wadah kekeluargaan alumni HMI, hasrat ini kemudian tersalurkan pada musyawarah Nasional Alumni HMI pada forum kongres HMI yang ke 8 di solo pada 10-17 September 1966. Melalui deklarasi Munas alumni HMI 15 September di sepakati di bentuknya Korps Alumni HMI yang kemudian di sahkan pada tanggal 17 September 1966. Pada awalnya KAHMI sendiri merupakan badan khusus HMI sebagai tempat informasi sekaligus berfungsi sebagai wadah konsultasi bagi HMI setempat. Sejalan perkembangan HMI perkembangan KAHMI dari waktu mengalami berbagai dimanika, hingga akhirnya terdapat perbedaan organisatoris yang sangat mendasar antara KAHMI dan KOHATI. Saat ini KOHATI masih memiliki hubungan organisatoris dengan HMI, sedangkan KAHMI yang semula memiliki hubungan organisatoris dengan HMI pada tahun 1987 secara resmi putus hubungan dengan HMI. Putusnya hubungan organisatoris ini tidak lain disebabkan karena pada saat itu KAHMI sudah menjadi ormas tersendiri. Sejak itu kemudian dibentuk Presidium KAHMI nasional.

Minggu, 18 November 2012

Ada Apa di Tanah Gaza

Metrotvnews.com, Gaza: Gaza merupakan wilayah yang kerap dilanda konflik antara Palestina dengan Israel. Kedua negara tanpa henti memperebutkan Tanah Gaza .Seberapa pentingnya Gaza bagi dua negara yang kerap bertikai itu?

Gempuran dan serangan Israel merupakan pemandangan tak asing di Gaza. Israel berdalih serangan itu merupakan balasan dari gempuran yang dilakukan pemerintahan demokratis Hamas Palestina.

Nyatanya, bukan militer Palestina yang tewas. Namun, serangan Israel justru merenggut nyawa warga sipil. Sejak Israel menyerang, Rabu (14/11), tercatat 21 orang tewas. Lima di antara korban tewas yaitu anak-anak.

Sejarah mencatat Nabi Musa membawa Kaum Bani Israel dari Mesir ke Palestina. Sejak itu, Bani Israel menganggap Palestina sebagai tanah yang 'dijanjikan' untuk mereka.

Kaum Israel pun terus berdatangan. Mereka membuat pemukiman di Palestina. Pemukiman itu kian merajalela setelah Inggris menyerahkan wilayah jajahan itu dari Kerajaan Ottoman Palestina kepada Israel.

Di lain sisi, luas wilayah Palestina bergeser menjadi lebih sedikit. Kini, wilayah Palestina hanya Jalur Gaza dan Tepi Barat.

Penderitaan warga Palestina belum usai. Perlakuan tentara Israel membuat warga Palestina kian menderita. Kebijakan Israel mengakibatkan banyak nyawa anak-anak Palestina dalam bahaya.

Palestina tak mau tinggal diam. Pada 9 Desember 1987, warga Palestina melawan. Peristiwa itu dinamakan Intifadhah pertama.

Warga Palestina menyerang tentara Israel. Warga Palestina hanya mengandalkan lemparan batu untuk mematikan gempuran Israel yang menggunakan peralatan militer lengkap. Sejak itu, faksi-faksi garis keras Palestina pun terbentuk.

Satu per satu petinggi perlawanan Palestina dihabisi bangsa Yahudi itu. Misalnya saja Presiden Yasser Arafat yang tewas diracun.

Sementara itu, warga Palestina hidup dalam dominasi ekonomi Israel hingga kini. Akibatnya, angka pengangguran di Gaza meningkat. Gaza pun menjadi kota dengan salah satu angka pengangguran tertinggi di dunia.(RRN)

Kamis, 15 November 2012

Kalender Hijriyah



Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya.

Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran Matahari.

Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya Matahari di tempat tersebut.

Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.

Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan Matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan Matahari (perihelion).

Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari Matahari (aphelion). Dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (BulanBumi dan Matahari).

Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.

Penetapan kalender Hijriyah dilakukan pada jaman Khalifah Umar bin Khatab, yang menetapkan peristiwa hijrahnya Rasulullah saw dari Mekah ke Madinah. Kalender Hijriyah juga terdiri dari 12 bulan, dengan jumlah hari berkisar 29-30 hari.

Penetapan 12 bulan ini sesuai dengan firman Allah Subhana Wata'ala: ”Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (QS : At Taubah(9):36).

Sebelumnya, orang Arab pra-kerasulan Rasulullah Muhammad SAW telah menggunakan bulan-bulan dalam kalender hijriyah ini. Hanya saja mereka tidak menetapkan ini tahun berapa, tetapi tahun apa. Misalnya saja kita mengetahui bahwa kelahiran Rasulullah SAW adalah pada tahun gajah. Abu Musa Al-Asyári sebagai salah satu gubernur di zaman Khalifah Umar r.a. menulis surat kepada Amirul Mukminin yang isinya menanyakan surat-surat dari khalifah yang tidak ada tahunnya, hanya tanggal dan bulan saja, sehingga membingungkan.

Khalifah Umar lalu mengumpulkan beberapa sahabat senior waktu itu. Mereka adalah Utsman bin Affan r.a., Ali bin Abi Thalib r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Sa’ad bin Abi Waqqas r.a., Zubair bin Awwam r.a., dan Thalhan bin Ubaidillah r.a. Mereka bermusyawarah mengenai kalender Islam. Ada yang mengusulkan berdasarkan milad Rasulullah saw. Ada juga yang mengusulkan berdasarkan pengangkatan Muhammad saw menjadi Rasul. Dan yang diterima adalah usul dari Ali bin Abi Thalib r.a. yaitu berdasarkan momentum hijrah Rasulullah SAW dari Makkah ke Yatstrib (Madinah). Maka semuanya setuju dengan usulan Ali r.a. dan ditetapkan bahwa tahun pertama dalam kalender Islam adalah pada masa hijrahnya Rasulullah saw. Sedangkan nama-nama bulan dalam kalender hijriyah ini diambil dari nama-nama bulan yang telah ada dan berlaku pada masa itu di wilayah Arab.

Nama-nama bulan
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
No
Penanggalan Islam
Lama Hari
1
30
2
29
3
30
4
29
5
30
6
29
7
30
8
29
9
30
10
29
11
30
12
29/(30)
Total
354/(355)
Keterangan: Tanda kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender Hijriyah dengan metode sisa yaitu 3-3-2 yang berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.

Nama-nama hari
Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya Matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:
al-Itsnayn (Senin)
ats-Tsalaatsa' (Selasa)
al-Arba'aa / ar-Raabi' (Rabu)
al-Khamsatun (Kamis)
al-Jumu'ah (Jumat)
as-Sabat (Sabtu)
al-Ahad (Minggu)

Sejarah
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.

Sistem kalender pra-Islam di Arab
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).

Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting pada tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).

Revisi penanggalan
Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.

Penentuan Tahun 1 Kalender Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.
Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558.

Tanggal-tanggal penting
Tanggal-tanggal penting dalam Kalender Hijriyah adalah:
1 Muharram: Tahun Baru Hijriyah
10 Muharram: Hari Asyura. Hari ini diperingati bagi kaum Syi'ah untuk memperingati wafatnya Imam Husain bin Ali
12 Rabiul Awal: Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran Nabi Muhammad)
27 Rajab: Isra' Mi'raj
Bulan Ramadan: Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di bulan Ramadan
17 Ramadan: Nuzulul Qur'an
10 hari ganjil terakhir di Bulan Ramadan terjadi Lailatul Qadar
1 Syawal: Hari Raya Idul Fitri
8 Dzulhijjah: Hari Tarwiyah
9 Dzulhijjah: Wukuf di Padang Arafah
10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha
11-13 Dzulhijjah:Hari Tasyriq

Hisab dan Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.

Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.

Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas dari astrologi pada Abad Pertengahan.

Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.

Rupa-rupa
Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender Hijriyah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari. Dalam jangka panjang, satu siklus ini cukup akurat hingga satu hari dalam sekitar 2500 tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, siklus ini memiliki deviasi 1-2 hari.

Microsoft menggunakan Algoritma Kuwait untuk mengkonversi Kalender Gregorian ke Kalender Hijriyah. Algoritma ini diklaim berbasis analisis statistik data historis dari Kuwait, namun dalam kenyataannya adalah salah satu variasi dari Kalender Hijriyah tabular.

Untuk konversi secara kasar dari Kalender Hijriyah ke Kalender Masehi (Gregorian), kalikan tahun Hijriyah dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.
Setiap 33 atau 34 tahun Kalender Hijriyah, satu tahun penuh Kalender Hijriyah akan terjadi dalam satu tahun Kalender Masehi. Tahun 1429 H lalu terjadi sepenuhnya pada tahun 2008 M.

Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa
Sistem Kalender Jawa berbeda dengan Kalender Hijriyah, meski keduanya memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di Jawa diperkenalkan sistem penanggalan Kalender Saka(berbasis Matahari) yang berasal dari India. Sistem penanggalan ini digunakan hingga pada tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 Saka), Sultan Agung mengubah sistem Kalender Jawa dengan mengadopsi Sistem Kalender Hijriah, seperti nama-nama hari, bulan, serta berbasis lunar (komariyah). Namun demikian, demi kesinambungan, angka tahun saka diteruskan, dari 1547 Saka Kalender Jawa tetap meneruskan bilangan tahun dari 1547 Saka ke 1547 Jawa.

Berbeda dengan Kalender Hijriah yang murni menggunakan visibilitas Bulan (moon visibility) pada penentuan awal bulan (first month), Penanggalan Jawa telah menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya.