Minggu, 29 Juli 2012

Mencapai Derajat Takwa


AKARTA– Menjalankan ibadah puasa selama Ramadan bukanlah sebuah tujuan akhir, melainkan hanya instrumen atau proses untuk mencapai derajat takwa.


Hakim Agung Salman Luthan mengemukakan, puasa yang dijalankan sepanjang satu bulan penuh menjadi tidak berarti apa-apa jika tidak mencapai derajat takwa.Menurut dia, berhasil dan tidaknya tidak tujuan puasa tidak dapat dilihat dari kemampuannya melewati hari pertama puasa hingga mencapai sebulan penuh.

Keberhasilan itu bergantung bagaimana perilaku keimanan seusai menjalankan puasa, misalnya takut terhadap Allah dalam situasi dan kondisi apa pun. “Kalau derajat takwa tidak kita capai,puasa cuma mendapatkan lapar dan dahaga,” terangnya dalam acara buka bersama alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Yogyakarta di Gedung Bank Indonesia, Jumat (27/7) malam.

Ketakwaan yang dimaksud, kata Salman, adalah proses tumbuhnya kesadaran diri sebagai hamba Allah, serta menjalankan semua yang diperintahkan- Nya. Indikator ketakwaan seorang muslim terlihat apabila puasa yang telah dilakukannya melahirkan peningkatan kualitas dan kuantitas ibadah. Dia menilai fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat belakangan ini menunjukkan seolah tidak ada relevansi antara ketaatan beribadah dan lahirnya ahlakul karimah.

Bahkan, banyak ditemukan orang yang rajin menjalankan ibadah puasa, rajin salat,serta rajin naik haji hingga berkali-kali, tapi akhlaknya tidak sejalan dengan ibadah mahdonya. Ibadahnya tidak memengaruhi perilaku dan tindakannya. “Orang-orang seperti itu prinsipnya salat dan puasa tetap, tapi perbuatan maksiat atau melanggar jalan terus,” kata dia. Dia mencontohkan, tidak sedikit di antara para tahanan Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) yang rajin salat, berpuasa, dan naik haji berkalikali.

Namun, ibadah yang dijalankannya tidak memiliki korelasi dengan perbuatannya. Kondisi tersebut terjadi karena falsafah beragama tidak kaffah atau bahkan syahadatnya jarang diperbarui.Mereka hanya menjalankan agama denganseleranya masing-masing. ”Padahal, agama merupakan tuntunan Allah,”tegas dia. Selain itu, tidak adanya kesesuaian antara ibadah dan perilaku bukan karena praktik ibadahnya salah, tapi disebabkan manusia yang cenderung mencampuradukkan antara yang hak dan yang batil.

Ibadah, kata Salman, sejatinya memiliki korelasi atau hubungan dengan ahlakul karimah, sehingga ibadah puasa benarbenar menjadi instrumen mencapai derajat ketakwaan yang lebih tinggi.“Jika derajat takwa dicapai, puasa yang dijalani selama sebulan mampu memperbaiki perilaku kita,” tuturnya.

Di tempat sama,Deputi Gubernur Bank Indonesia Halim Alamsyah mengingatkan ada ketimpangan pendapatan di kalangan masyarakat di tengah pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan melemahnya ekonomi global. Menghadapi situasi seperti itu,dia menyarankan agar masyarakat tetap berpegang pada prinsip hidup sederhana.“Ini tantangan,tapi saya juga prihatin karena di tengah kehidupan demokrasi seperti ini tidak ada yang berani mengatakan sudah saatnya kita hidup sederhana,” kata Halim.

Menurut dia, pihaknya punya kewajiban moral untuk menyampaikan tentang kondisi ekonom yang sesungguhnya. Secara umum,dia menilai ekonomi Indonesia terus tumbuh pesat. Bahkan, melemahnya ekonomi global tidak menyurutkan minat investor asing yang ingin berinvestasi di Indonesia.

Pertumbuhan itu tetap harus dijaga, tapi harus disertai kewaspadaan. “Itu tanda ekonomi kita mengalami kemajuan, tapi tetap harus waspada,” imbuhnya. ● andi setiawan 
 SUMBER : http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/515046/

Tidak ada komentar: